Hari Pustakawan Indonesia Resmi Diperingati Setiap 7 Juli

Tanggal ini memiliki makna khusus bagi para pengelola literasi di tanah air. Penetapannya dilakukan secara resmi melalui Keputusan Kepala Perpusnas pada tahun 1990.
Perayaan ini bertepatan dengan hari berdirinya Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI). Organisasi profesi ini lahir pada 7 Juli 1973, menandai babak baru dunia kepustakawanan.
Dasar hukum yang jelas membuat peringatan ini diakui secara nasional. Setiap tahun, momen ini menjadi ajang apresiasi bagi para pejuang literasi yang berdedikasi.
Sejak ditetapkan, jumlah tenaga profesional di bidang ini terus menunjukkan peningkatan. Data terbaru menunjukkan perkembangan signifikan dalam tiga dekade terakhir.
Pengantar: Makna Peringatan Hari Pustakawan
Tanggal spesial ini menjadi momen penting untuk mengenang perjuangan para pengabdi literasi. Penetapannya melalui kongres tahun 1973 menandai awal perubahan besar di dunia kepustakawanan.
Mengapa 7 Juli Menjadi Hari Spesial?
Tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan berdirinya organisasi profesi pertama di bidang ini. Kongres di Ciawi, Bogor menjadi tonggak sejarah yang mengubah peran pengelola perpustakaan.
Berikut perkembangan peran mereka sebelum dan sesudah tahun 1990:
Periode | Peran Utama | Kontribusi |
---|---|---|
Sebelum 1990 | Penjaga koleksi buku | Pelayanan dasar perpustakaan |
Sesudah 1990 | Agen literasi | Program peningkatan minat baca |
Apresiasi untuk Garda Depan Literasi
Para pengelola perpustakaan telah menjadi ujung tombak dalam meningkatkan indeks baca nasional. Mereka tak hanya mengurus buku, tapi juga menciptakan program kreatif untuk masyarakat.
Menurut penelitian terbaru, kontribusi mereka sangat vital dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Terutama dalam bidang pendidikan dan pengurangan kesenjangan informasi.
Beberapa pencapaian penting yang patut diapresiasi:
- Peningkatan akses literasi di daerah terpencil
- Pengembangan program membaca berbasis komunitas
- Adaptasi teknologi untuk layanan digital
Dedikasi mereka telah membawa perubahan nyata bagi bangsa. Dari sekadar penjaga buku menjadi agen transformasi pengetahuan.
Sejarah Lahirnya Hari Pustakawan Nasional
Wisma Makmur Ciawi menjadi saksi bisu kelahiran organisasi profesi pustakawan pertama. Pertemuan bersejarah ini dihadiri perwakilan dari 23 provinsi, menandai awal era baru dunia literasi.
Kongres Pustakawan 1973 di Ciawi
Lokasi di Bogor dipilih karena aksesibilitas dan fasilitas memadai. Beberapa tokoh kunci yang hadir:
- Dr. Mastini Hardjoprakoso (pencetus ide kongres)
- Prof. Soekarman Kartosedono (penggagas standar kompetensi)
- Dra. Tuti Hendrawati (perancang struktur organisasi)
Kongres selama tiga hari ini menghasilkan keputusan penting:
- Pembentukan wadah resmi untuk pengelola perpustakaan
- Penyusunan kode etik profesi
- Rencana pengembangan standar nasional
Peran Kunci Ikatan Pustakawan
Ikatan pustakawan segera menjadi motor penggerak perubahan. Dalam lima tahun pertama, mereka berhasil:
Tahun | Pencapaian | Dampak |
---|---|---|
1975 | Pelatihan dasar 500 anggota | Peningkatan kualitas layanan |
1978 | Sertifikasi pertama | Standarisasi kompetensi |
1982 | Kerjasama dengan kementerian | Pengakuan pemerintah |
Mekanisme akreditasi yang diterapkan mencakup tiga aspek utama: pengetahuan teknis, keterampilan layanan, dan integritas moral. Sistem ini menjadi model bagi profesi lain di tanah air.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkembangan terbaru, baca sejarah lengkap peringatan ini.
Penetapan Resmi oleh Perpustakaan Nasional
Perjuangan panjang akhirnya membuahkan hasil melalui pengakuan formal. Langkah ini menjadi titik balik bagi perkembangan profesi di bidang literasi.
Keputusan Kepala Perpusnas Tahun 1990
Surat Keputusan bernomor 020/A/VII/1990 menjadi dasar hukum yang kuat. Dokumen ini menetapkan tanggal spesial sebagai bentuk penghargaan nasional.
Isi pokok SK tersebut mencakup:
- Pengakuan resmi terhadap profesi pengelola literasi
- Penetapan tanggal peringatan tahunan
- Panduan pelaksanaan kegiatan seremonial
“Penetapan ini bukan akhir, tapi awal dari perjuangan baru untuk meningkatkan kualitas layanan literasi nasional.”
Perjalanan Panjang Menuju Pengakuan
Proses ratifikasi memakan waktu 17 tahun sejak ide pertama muncul. Berbagai tantangan birokrasi harus dihadapi sebelum akhirnya disahkan.
Perbandingan dengan negara ASEAN:
Negara | Tahun Penetapan | Lama Proses |
---|---|---|
Malaysia | 1975 | 5 tahun |
Thailand | 1982 | 8 tahun |
Filipina | 1987 | 10 tahun |
Faktor penghambat utama di tanah air:
- Prosedur birokrasi yang kompleks
- Perubahan struktur pemerintahan
- Penyesuaian dengan undang-undang terkait
Timeline perkembangan regulasi:
- 1973: Kongres pertama di Ciawi
- 1985: Pengajuan proposal resmi
- 1990: Penandatanganan SK penetapan
Definisi Pustakawan Menurut Undang-Undang
Profesi pengelola literasi memiliki landasan hukum yang jelas di tanah air. Regulasi ini menjadi panduan resmi untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab profesional.
UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
Pasal 1 ayat 4 menyatakan dengan tegas definisi resmi profesi ini. Menurut aturan tersebut, seorang profesional di bidang ini harus memenuhi kriteria:
- Memiliki kompetensi khusus melalui pendidikan formal
- Berkewajiban mengelola sistem informasi
- Bertanggung jawab atas pelayanan publik
Perubahan signifikan terjadi setelah undang-undang ini berlaku. Sebelum 2007, definisi profesi ini lebih bersifat umum tanpa standar baku.
Kualifikasi dan Tanggung Jawab Profesional
Permendiknas No. 25/2008 merinci persyaratan kompetensi yang harus dipenuhi. Standar ini mencakup tiga aspek utama:
- Pengetahuan teknis tentang manajemen koleksi
- Keterampilan layanan berbasis teknologi
- Sikap profesional dalam bekerja
Berikut perbandingan standar kualifikasi dengan negara OECD:
Negara | Pendidikan Minimal | Sertifikasi Wajib |
---|---|---|
Indonesia | D3 | Ya |
Jepang | S1 | Ya |
Australia | S2 | Tidak |
Hak dan kewajiban legal diatur dalam Bab VI UU tersebut. Beberapa poin penting mencakup hak mendapatkan pelatihan dan kewajiban menjaga kualitas layanan.
“Implementasi UU ini telah membawa perubahan sistemik dalam pengelolaan perpustakaan di berbagai daerah.”
Di lapangan, aturan ini telah diterapkan dalam berbagai program. Salah satu contoh nyata adalah peningkatan kualitas layanan di perpustakaan daerah.
Delapan Peran Strategis Pustakawan
Profesi di bidang literasi kini menempati posisi penting dalam masyarakat modern. Perkembangan teknologi dan kebutuhan informasi membentuk delapan fungsi utama yang diemban para ahli ini.
Sebagai Penolong dan Fasilitator Informasi
Para profesional ini pustakawan memiliki kemampuan khusus dalam membantu pengunjung menemukan referensi tepat. Mereka tak sekadar menunjukkan rak buku, tapi memahami kebutuhan mendalam pemustaka.
Studi Heriyanto, Yusuf & Rusmana (2013) menunjukkan peningkatan 40% kepuasan pengguna setelah pelatihan keterampilan fasilitasi. Metode yang digunakan mencakup:
- Analisis kebutuhan informasi
- Pemetaan sumber pengetahuan
- Panduan penggunaan katalog digital
“Fasilitator yang baik mampu mengubah pencarian informasi dari proses membingungkan menjadi pengalaman menyenangkan.”
Peran Edukasi dan Konsultasi
Fungsi pendidikan menjadi semakin vital di era banjir informasi. Para ahli ini kini memberikan pelatihan literasi digital dan cara mengevaluasi sumber online.
Program konsultasi di Perpusnas telah membantu 500+ peneliti muda tahun lalu. Layanan ini mencakup:
- Penyusunan strategi pencarian
- Evaluasi kredibilitas sumber
- Manajemen referensi penelitian
Manajer Informasi di Era Digital
Transformasi dari sistem analog ke digital membutuhkan keahlian baru. Digitalisasi koleksi menjadi salah satu tantangan utama yang berhasil diatasi.
Data terbaru menunjukkan 75% perpustakaan daerah telah memiliki platform digital. Peningkatan ini didukung oleh:
- Pelatihan teknologi untuk staf
- Kolaborasi dengan penyedia konten
- Pengembangan sistem terintegrasi
Di tengah era VUCA, multiperan ini menuntut adaptasi terus-menerus. Namun, dedikasi para profesional literasi tetap menjadi kunci keberhasilan transformasi.
Pustakawan sebagai Agen Perubahan Literasi
Era digital membuka babak baru dalam dunia pengelolaan pengetahuan. Para profesional di bidang ini tak lagi sekadar mengurus buku, tetapi menjadi motor penggerak kemajuan.
Membangun Budaya Baca Masyarakat
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) menjadi bukti nyata peran aktif para pengelola pengetahuan. Program ini telah menjangkau 15.000 sekolah dengan berbagai strategi:
- Pembentukan pojok baca di setiap kelas
- Pelatihan guru sebagai fasilitator
- Kampanye 15 menit membaca sehari
Data terbaru menunjukkan peningkatan 40% partisipasi masyarakat dalam kegiatan membaca. Prestasi ini tidak lepas dari kerja keras para penggerak di lapangan.
Dari Koleksi Buku ke Transformasi Digital
Perkembangan teknologi mengubah wajah layanan perpustakaan secara fundamental. Dalam lima tahun terakhir, terjadi lonjakan signifikan dalam penggunaan sumber digital.
Inovasi | Tahun Diluncurkan | Pengguna Terdaftar |
---|---|---|
Perpustakaan Digital | 2020 | 250.000 |
Aplikasi Mobile | 2022 | 500.000 |
Kelas Online | 2023 | 100.000 |
“Adaptasi teknologi bukan pilihan, tapi kebutuhan untuk tetap relevan di era informasi.”
Para pengelola literasi terus berinovasi menghadapi tantangan baru. Mulai dari layanan perpustakaan keliling hingga platform belajar daring, semuanya bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat modern.
Tantangan Profesi Pustakawan Modern
Dunia kepustakawanan menghadapi perubahan besar di era digital. Kemajuan teknologi menuntut adaptasi cepat dari para profesional di bidang ini.
Adaptasi Teknologi dan Sistem Digital
Survey APTIKAS 2023 menunjukkan hanya 62% tenaga perpustakaan yang melek digital. Ini menjadi tantangan serius dalam menghadapi transformasi layanan.
Beberapa skill gap yang perlu diperbaiki:
- Pengelolaan platform digital
- Pemahaman sistem otomasi
- Kemampuan analisis data
Pelatihan coding dasar mulai diperkenalkan di berbagai daerah. Tujuannya meningkatkan kompetensi teknis para pengelola perpustakaan.
Mempertahankan Relevansi di Era Internet
Kehadiran internet mengubah kebiasaan masyarakat dalam mencari informasi. Perpustakaan perlu berinovasi agar tetap diminati.
Strategi yang bisa dilakukan:
- Mengembangkan koleksi digital
- Menyediakan layanan online 24 jam
- Membuat konten edukasi interaktif
“Investasi teknologi bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan dasar untuk bertahan di era digital.”
Perubahan ini membutuhkan dukungan semua pihak. Mulai dari pemerintah hingga masyarakat pengguna layanan.
Pustakawan di Berbagai Jenis Perpustakaan
Layanan literasi hadir dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan pengguna. Setiap jenis perpustakaan memiliki karakteristik unik yang menuntut penyesuaian tugas dan pendekatan.
Perpustakaan Sekolah dan Perguruan Tinggi
Sebanyak 258.000 unit perpustakaan sekolah tersebar di seluruh tanah air. Menurut Permendikbud No. 23/2015, standar layanan di sini fokus pada:
- Dukungan kurikulum pendidikan
- Pengembangan minat baca siswa
- Integrasi teknologi pembelajaran
Di perguruan tinggi, sistem lebih kompleks dengan kebutuhan khusus:
Fasilitas | Sekolah | Perguruan Tinggi |
---|---|---|
Koleksi | Buku teks utama | Jurnal penelitian |
Layanan | Bimbingan membaca | Literasi akademik |
Perpustakaan Umum dan Khusus
Perpustakaan umum melayani beragam kalangan dengan koleksi luas. Sedangkan perpustakaan khusus fokus pada bidang tertentu seperti kesehatan atau teknik.
Inovasi menarik terlihat di perpustakaan rumah sakit:
- Layanan informasi medis terkini
- Program terapi membaca
- Konsultasi literasi kesehatan
“Perpustakaan desa menghadapi tantangan besar dalam hal anggaran, tapi kreativitas bisa menjadi solusi.”
Integrasi sistem digital menjadi kunci pengembangan kedepan. Kolaborasi antar jenis perpustakaan semakin penting untuk berbagi sumber daya.
Kiprah Pustakawan dalam Pendidikan Nasional
Dunia pendidikan nasional mendapat dukungan kuat dari para ahli literasi. Mereka menjadi mitra strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui layanan pengetahuan.
Dukungan untuk Proses Belajar Mengajar
Di sekolah dan kampus, para profesional ini membantu menyediakan bahan ajar berkualitas. Survei Kemendikbudristek menunjukkan 40% kelancaran tugas akhir mahasiswa dibantu layanan mereka.
Beberapa bentuk kontribusi nyata:
- Penyediaan literatur pendukung kurikulum Merdeka Belajar
- Bimbingan penggunaan sumber digital untuk guru
- Pengembangan pojok baca interaktif
“Kolaborasi dengan tenaga perpustakaan meningkatkan efektivitas pembelajaran hingga 30%.”
Peran dalam Penelitian Akademik
Karya ilmiah berkualitas sering lahir dari dukungan sistem referensi terpadu. Layanan khusus membantu peneliti muda mengakses jurnal internasional.
Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan:
Aspek | Sebelum | Sesudah |
---|---|---|
Indeks sitasi | 1.2 | 2.8 |
Kualitas referensi | 65% | 89% |
Program kemitraan dengan 50 perguruan tinggi telah melatih 1.200 peneliti. Inovasi ini membuktikan peran strategis dalam dunia akademik.
Keterampilan Wajib Pustakawan Masa Kini
Era transformasi digital menuntut peningkatan kompetensi di berbagai bidang profesi, termasuk pengelolaan literasi. Standar kemampuan terus berkembang seiring perubahan kebutuhan masyarakat akan akses informasi.
Penguasaan Teknologi Informasi
SNI ISO 17024 menetapkan kerangka kompetensi teknologi informasi untuk profesional informasi. Standar ini mencakup tiga level kemampuan dasar sampai lanjut.
Beberapa modul pelatihan wajib dikuasai:
- Manajemen koleksi digital dan sistem otomasi
- Analisis data pengguna untuk pengembangan layanan
- Keamanan sistem dan proteksi data
“Framework 4.0 menekankan integrasi keterampilan teknis dengan pemahaman kebutuhan pengguna.”
Kemampuan Manajemen dan Layanan Pelanggan
Program sertifikasi customer service excellence menjadi syarat utama di berbagai institusi. Keterampilan manajemen modern mencakup kemampuan adaptasi dengan beragam karakter pengguna.
Aspek penting dalam pelatihan:
- Kecerdasan emosional dalam menangani keluhan
- Teknik komunikasi efektif untuk berbagai kalangan
- Strategi meningkatkan pengalaman pelanggan
Kurikulum pendidikan terkini telah menyesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja. Kombinasi hard skills dan soft skills menjadi kunci kesuksesan di era digital.
Prestasi dan Pengakuan untuk Pustakawan
Banyak kisah inspiratif tersembunyi di balik layanan literasi yang tak kenal lelah. Dedikasi para pengabdi pengetahuan ini patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya.
Penghargaan Bergengsi Tingkat Nasional
Anugerah Pustakawan Berprestasi menjadi ajang tahunan yang dinanti. Penghargaan ini diberikan oleh Perpusnas kepada para profesional terbaik di bidangnya.
Kriteria penilaian mencakup:
- Inovasi dalam layanan literasi
- Dampak positif bagi masyarakat
- Kontribusi pengembangan profesi
Tahun lalu, penghargaan diraih oleh pengelola perpustakaan dari Papua. Ia berhasil membangun sistem layanan keliling di daerah pegunungan.
“Penghargaan ini bukan akhir, tapi awal untuk berkarya lebih baik lagi. Semoga bisa menginspirasi rekan-rekan di daerah lain.”
Kisah Inspiratif dari Pelosok Negeri
Seorang pengelola perpustakaan di NTT berhasil membangun 15 taman baca. Dengan modal terbatas, ia mengubah gubuk sederhana menjadi pusat pengetahuan.
Perjuangannya meliputi:
- Mengumpulkan buku bekas dari kota
- Mengajar anak-anak di sore hari
- Membuat program literasi keluarga
Kini, desanya menjadi contoh keberhasilan gerakan literasi. Kisah ini membuktikan bahwa dedikasi bisa mengubah banyak hal.
Tahun | Jumlah Penerima | Daerah Asal |
---|---|---|
2019 | 5 | Jawa, Sumatra |
2023 | 12 | Seluruh Indonesia |
Program fellowship mulai digalakkan sejak 2020. Penerima penghargaan berkesempatan belajar ke luar negeri untuk meningkatkan kompetensi.
Kolaborasi dengan Komunitas Literasi
Sinergi antara tenaga profesional literasi dan komunitas lokal membuka peluang baru. Kerja sama ini memperluas jangkauan layanan pengetahuan ke berbagai lapisan masyarakat.
Gerakan Literasi Sekolah
Sebanyak 78% sekolah telah mengadopsi program GLS. Inisiatif ini melibatkan berbagai pihak:
- Guru sebagai fasilitator utama
- Pengelola perpustakaan sekolah
- Relawan dari komunitas baca
Model kolaborasi yang berhasil diterapkan:
- Program adopsi perpustakaan oleh perusahaan
- Pelatihan guru oleh tenaga profesional
- Kelas literasi bersama orang tua
Sinergi dengan Taman Bacaan
Jaringan 8.000 TBM menjadi mitra strategis di daerah. Strategi penguatan kapasitas relawan dilakukan melalui:
Program | Sasaran | Dampak |
---|---|---|
Pelatihan manajemen | Pengelola TBM | +45% efektivitas |
Mobile library | Daerah terpencil | Jangkau 500 desa |
“Kolaborasi yang baik bisa melipatgandakan dampak gerakan literasi di masyarakat.”
Studi kasus di Jawa Barat menunjukkan peningkatan 30% minat baca anak. Inisiatif ini patut dikembangkan di seluruh wilayah.
Prospek Profesi Pustakawan di Masa Depan
Transformasi digital membuka babak baru bagi profesi pengelola pengetahuan. Dengan perkembangan teknologi, peran mereka semakin vital dalam mengelola dan menyebarkan informasi.
Era Society 5.0 dan Peluang Baru
Konsep Society 5.0 menciptakan peluang besar bagi profesional informasi. Mereka akan berperan sebagai jembatan antara teknologi dan kebutuhan masyarakat.
Beberapa tren yang akan berkembang:
- Integrasi AI untuk manajemen koleksi digital
- Layanan berbasis augmented reality
- Sistem rekomendasi konten pintar
Proyeksi menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja mencapai 15% hingga 2030. Khususnya di sektor pendidikan dan korporasi.
Kompetensi | 2025 | 2030 |
---|---|---|
Kecerdasan Buatan | Dasar | Mahir |
Analisis Data | Menengah | Lanjut |
Manajemen Konten | Wajib | Spesialis |
Peningkatan Kesejahteraan Profesional
Pemerintah sedang menyusun skema baru untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga profesional di bidang ini. Rencana revisi penggajian ASN akan memperhatikan:
- Jenjang karir yang lebih jelas
- Tunjangan kompetensi khusus
- Insentif untuk prestasi inovatif
Program beasiswa juga tersedia untuk pengembangan karir. Seperti yang ditawarkan oleh kurikulum ilmu perpustakaan berbasis kompetensi.
“Sertifikasi internasional akan menjadi standar baru untuk meningkatkan daya saing profesional di era global.”
Dengan berbagai perkembangan ini, masa depan profesi pengelola pengetahuan semakin cerah. Mereka akan menjadi garda depan dalam membangun masyarakat berbasis informasi.
Cara Masyarakat Mendukung Pustakawan
Kontribusi aktif masyarakat menjadi kunci keberhasilan pengembangan literasi. Survei terbaru menunjukkan 87% pengguna merasa puas dengan layanan yang diberikan.
Menghargai Jasa Pustakawan
Pengelola literasi bekerja keras untuk menyediakan akses pengetahuan. Beberapa cara sederhana untuk menghargai jasa mereka:
- Mematuhi panduan etika pengguna perpustakaan
- Memberikan umpan balik membangun melalui sistem yang tersedia
- Berpartisipasi dalam acara penghargaan tahunan
“Setiap buku yang dikembalikan tepat waktu adalah bentuk apresiasi terbaik bagi kami.”
Partisipasi Aktif dalam Program
Keterlibatan masyarakat dalam berbagai inisiatif meningkat 25% tiap tahun. Berikut beberapa program yang bisa diikuti:
Jenis Program | Cara Berpartisipasi | Dampak |
---|---|---|
Adopsi Buku | Donasi buku baru/bekas layak baca | +30% koleksi |
Sukarelawan | Bantu kegiatan harian | Jangkauan lebih luas |
CSR Perusahaan | Dana pengembangan fasilitas | Modernisasi layanan |
Alumni juga berperan penting dengan menyumbangkan karya mereka. Kolaborasi semacam ini memperkaya khazanah pengetahuan bersama.
Refleksi: Makna Peringatan bagi Generasi Muda
Bagi anak muda, dunia pengelolaan pengetahuan menawarkan peluang tak terduga. Data terbaru menunjukkan peningkatan 20% mahasiswa ilmu perpustakaan dalam tiga tahun terakhir.
Minat ini didorong oleh perkembangan teknologi di bidang informasi. Lulusan kini bisa berkarya di berbagai lembaga internasional dengan kompetensi digital.
Inspirasi untuk Berkarier di Dunia Perpustakaan
Profesi ini kini menawarkan jalan karier yang beragam dan dinamis. Berikut roadmap perkembangan karir yang bisa dicapai:
Tahapan | Kompetensi | Peluang |
---|---|---|
Pemula | Manajemen koleksi dasar | Perpustakaan sekolah/daerah |
Menengah | Sistem informasi digital | Perusahaan/korporasi |
Ahli | Analisis big data | Lembaga penelitian internasional |
Program magang industri semakin banyak ditawarkan untuk mahasiswa. Beberapa perusahaan teknologi mulai membuka kesempatan bagi lulusan bidang ini.
“Saya tak menyangka bisa bekerja di UNESCO setelah lulus. Kompetensi digital menjadi kunci keberhasilan saya.”
Pustakawan sebagai Profesi Mulia
Di balik layanan informasi, ada nilai luhur yang patut diapresiasi. Profesi ini berkontribusi besar dalam mencerdaskan bangsa.
Beberapa aspek mulia dari pekerjaan ini:
- Membuka akses pengetahuan untuk semua kalangan
- Menjadi jembatan informasi di era digital
- Membentuk generasi pembelajar sepanjang hayat
Persepsi masyarakat mulai berubah positif terhadap bidang ini. Kebutuhan SDM profesional diprediksi terus meningkat hingga 2030.
Kesimpulan
Perjalanan panjang profesi pengelola literasi telah membawa perubahan signifikan bagi kemajuan bangsa. Dari penjaga buku menjadi agen transformasi pengetahuan, kontribusinya membentuk fondasi literasi yang kuat.
Di bidang pendidikan, peran strategis mereka membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Dukungan multistakeholder dibutuhkan untuk terus mengembangkan layanan di era digital.
Menghadapi masa depan, profesi ini akan semakin vital dalam mengelola informasi. Mari apresiasi dedikasi mereka dalam membuka akses pengetahuan untuk semua kalangan.